SODIS adalah kependekan dari Solar Water Disinfection atau “Pembasmian kuman dalam air dengan sinar matahari“. Proses pembasmian atau disinfeksi ini merupakan implementasi teknologi yang sangat sederhana, yaitu menggunakan sinergi yang terjadi antara radiasi sinar matahari (sinar ultra violet) dan panas dari matahari untuk mematikan mikroorganisme yang terdapat dalam air.
SODIS pertama kali diperkenalkan oleh sebuah lembaga pengembangan Iptek di Swiss yang bernama EAWAG/SANDEC di beberapa negara termasuk di Asia. Di Indonesia lembaga ini bekerja sama dengan Yayasan Dian Desa Yogyakarta mengembangkan SODIS dibeberapa daerah antara lain Yogyakarta, NTT dan NTB.
Dari serangkaian uji laboratorium dan uji coba lapangan yang dilakukan oleh kedua lembaga tersebut diatas, terungkap bahwa sinergi yang dihasilkan dari kombinasi sinergi sinar ultra violet dan sinar matahari memberikan dampak yang signifikan terhadap penurunan angka kuman dan kematian mikroorganisme dalam air. Dengan demikian penggabungan kedua proses tersebut dapat dikembangkan sebagai cara terbaik dalam memanfaatkan energi surya untuk tujuan disinfeksi air. Uji lapangan memperlihatkan bahwa metode gabungan itu juga secara efektif mampu mematikan bakteri Eschericia Coli.
Mekanisme Pengendalian Mikro Organisme Oleh Sinar Matahari
Efek kekeruhan
Partikel-partikel kekeruhan dalam air menyebabkan mikroorganisme yang ada dalam air terlindungi dari proses radiasi sinar matahari. Hal tersebut menyebabkan mikroorganisme hanya terkena efek panas. Oleh karena itu air yang akan di SODIS haruslah jernih dan semaksimal mungkin kekeruhannya dibawah 30 NTU.
Partikel yang menyebabkan air keruh dapat menahan radiasi ultra violet. Terhambatnya radiasi sinar ultra violet tersebut berdampak buruk pada proses in aktifasi bakteri dalam air. Kekeruhan air dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui tingkat penyerapan dari radiasi sinar ultra violet.
Kekeruhan air akan, 1) mengurangi intensitas radiasi sinar matahari, 2) mikroorganisme akan terlindung dari proses radiasi (mikroorganisme terlindung dibalik partikel-partikel kekeruhan), 3) mengurangi proses efisiensi SODIS.
Efek radiasi sinar ultra violet
Penyinaran dengan gelombang pendek dapat membunuh bakteri dan virus. Gelombang yang semakin pendek dapat membunuh mikroorganisme dengan lebih efisien. Dalam hal ini, penyinaran berpengaruh pada DNA dan Enzim.
SODIS dapat diterapkan secara efektif bilamana intensitas sinar matahari tersedia paling sedikit 500 W/m2 selama 4-5 jam. Tingkat intensitas itu terpenuhi pada tengah hari dengan cuaca cerah.
Efek Temperatur
Mikroorganisme sensitive terhadap perubahan suhu. Untuk mendapatkan air yang bebas kuman dengan cara SODIS suhu air tidak harus mencapai 50°C asalkan mendapat sinar ultra violet dari matahari yang cukup banyak. Hal ini disebabkan karena adanya sinergi yang terus menerus antara sinar Ultra Violet (UV) dari matahari dengan suhu air. Makin banyak sinar UV semakin rendah suhu yang dibutuhkan untuk membunuh kuman dalam air. Semakin sedikit atau semakin singkat paparan sinar matahari maka semakin tinggi pula suhu air yang dibutuhkan untuk membunuh kuman dalam air.
Dari uji lapangan yang dilakukan oleh yayasan Dian Desa Yogyakarta, bahwa tiupan angin yang cukup keras akan mempengaruhi suhu air sehingga walaupun sinar matahari cukup, suhu air di botol SODIS tidak bisa mencapai suhu 50°C paling tinggi suhu mencapai 40°C. Tetapi bila waktu penjemuran diperpanjang selama 5-6 jam sehingga mendapat sinar UV lebih banyak, ternyata sama efektifinya dengan 3-4 jam penjemuran dengan suhu yang mencapai 50°C.
Efek waktu dan lama penyinaran
Waktu yang efektif dalam menurunkan jumlah kuman E.Coli adalah pada waktu penyinaran jam 10.00-15.00, lama waktu penyinaran selama 5 jam dengan intensitas sinar matahari sebesar 706,5 Lux/100, dapat menurunkan angka kuman dari 3027,5/100 ml menjadi 0/100 ml.
Cara melakukan SODIS
a. Sediakan botol transparan ukuran 1,5 liter atau yang lebih kecil (misalnya botol air mineral), kemudian cat separoh badan botol dengan cat warna hitam.
b. Cuci botol tersebut sampai bersih kemudian isi dengan air yang jernih hingga penuh.
c. Jemur di tempat terbuka, hindari botol tertutup bayangan. Lama penjemuran 4-5 jam bila cuaca cerah atau 6-7 jam bila agak berawan.
d. Warna hitam di bagian bawah membantu menyerap panas, sehingga suhu air dapat lebih cepat mencapai 50°C dan membunuh seluruh kuman dalam air.
e. Air pun menjadi air yang bebas kuman dan siap di minum.
Kelebihan dan kelemahan SODIS
a. Mudah diterapkan dan diterima oleh masyarakat terutama ibu-ibu dan anak-anak sekolah.
b. Murah, karena sinar matahari merupakan sumber energy yang gratis khususnya di negara tropis seperti Indonesia. Sarana yang diperlukan juga relative murah dan mudah didapat.
c. Hasil guna cukup efektif, hal ini ditunjukan dengan hilangnya kuman Coli form / E. Coli dan mikroorganisme lainnya dalam air yang sudah di SODIS.
d. Meringankan beban pekerjaan sehari-hari.
e. Dalam jangka waktu panjang dapat memberikan kontribusi dalam penghematan sumber daya alam dan penghematan dari segi ekonomi.
Beberapa kelemahan SODIS :
a. SODIS tidak dapat diterapkan pada air keruh. Hanya dapat dilakukan apabila airnya jernih, turbiditas atau tingkat kekeruhan air kurang dari 30 NTB.
b. SODIS membutuhkan sinar matahari, maka SODIS tidak dapat dilakukan apabila hujan atau pada tempat yang teduh/ tertutup.
c. SODIS tidak dapat dilakukan pada air dengan kapasitas atau jumlah yang besar.
d. SODIS tidak dapat merubah kualitas kimiawi air.
Gagasan Penyusunan Kriteria Botol Untuk SODIS
Setelah pencetusam pertama program SODIS ini pada tahun 1998 di Swiss dan di Indonesia sekitar tahun 1999, tidak tampak lagi kelanjutan dalam program tersebut. Hal tersebut dikarenakan program tersebut masih menggunakan botol plastik, yang sebenarnya tidak boleh digunakan berkali-kali dan terkena panas. Hal tersebut akan berakibat pada terurainya kandungan kimia yang melekat pada botol sehingga dapat mencemari air yang ada di dalamnya.
Pada awalnya dipilih botol sebagai media untuk memasak air dengan sinar matahari tersebut, karena botol adalah wadah yang dianggap paling ideal untuk memasak air. Dengan pertimbangan bahwa botol plastik yang tipis, akan mempermudah sinar matahari masuk, sehingga panasnya akan mudah menyebar di seluruh air di dalam botol. Bahannya yang transparan, mudah untuk dicat dan tipis serta mampu menampung air dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan sesuai pula dengan intensitas matahari yang mampu diserap. Sehingga pada saat itu, pemilihan botol sebagai wadah, dianggap adalah langkah terbaik.
Namun setelah munculnya berbagai informasi, banyak kode-kode dalam botol atau recycle yang harus diperhatikan oleh pengguna. Terdapat beberapa kode pada botol plastik yang melarang pengguna untuk menggunakannya secara berulang, dan dilarang keras untuk menyimpannya di tempat yang panas. Hal inilah yang membuat program SODIS ini tidak berjalan sesuai dengan keinginan. Karena pada akhirnya program yang seharusnya membantu masyarakat untuk memperolah air minum bersih, justru mendapatkan air minum yang telah tercemar olah bahan kimia yang berasal dari botol.
Ibaratnya ”Bakteri mati, kimiawi mencemari”. Selama ini, belum ada solusi terbaru oleh pihak pencetus untuk memperbaiki program SODIS ini. Untuk itu dalam proposal ini, kami mencoba menyusun sebuah solusi untuk program SODIS ini. Tidak banyak perubaharan yang mesti dilakukan, karena pada awalnya prgram SODIS ini disusun melalui proses penelitian yang panjang. Kelemahan satu-satunya yang terletak di SODIS ini adalah penggunakan botol sebagai media atau wadah untuk memasak air. Botol yang sebelumnya digunakan tidak memiliki krtiteria apapun. Hanya botol air mineral 1,5 liter dengan kondisi bersih. Padahal kode recycle pada botol air mineral hampir semua mencantumkan kode segitiga bernomor 1, yang berarti PET. PET ( polyethylene terepthalate). Botol dengan kode 1. direkomendasikan hanya sekali pakai. Karena apabila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air panas, akan menyebabkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik, yang dapat menyebabkan kanker apabila proses penggunaan tersebut dilakukan dalam jangka waktu lama.
Sedangkan kode recycle yang terdapat pada dasar botol rupanya luput dari perhatian para pencetus SODIS ini.untuk itu yang kami gagas dalam proposal ini dalam menyusun kriteria botol yang dapat digunakan dalam SODIS.
Kriteria botol yang dapat digunakan untuk SODIS yaitu botol bening yang terbuat dari kaca, seperti botol bekas sirup. Botol harus dalam keadaan bersih dan bening, tidak tertutup oleh apapun. Botol yang telah direkomendasikan dan diperbolehkan untuk menggunakannya secara berulang dan tahan panas, yaitu botol yang berkode 2. HDPE (high density polyethylene). HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik dengan makanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar